Bagi para pengguna alat tracker kesehatan pernahkah kamu bertanya apa fitness tracker benar-benar akurat? Apakah informasi soal berapa banyak langkah, detak jantung, hingga informasi banyaknya kalori yang dibakar itu benar-benar akurat? Bagaimana sebenarnya cara kerja dari alat ini? Berikut ulasan selengkapnya.
Daftar Isi artikel
Jenis-jenis Fitness Tracker
Teknologi terus berkembang, jadi jangan heran kalau fitness tracker dibuat dengan banyak sekali varian. Ada yang berbentuk seperti jam tangan, ada juga yang diinstal pada smartwatch atau smartphone. Ada yang dipakai di pergelangan tangan, ada juga tracker yang pasang di pinggul atau kaki. Terlepas dari variannya yang begitu banyak, fungsinya tidak terlalu berbeda.
Tracker ini umumnya dibuat untuk memberi kita informasi langkah, jarak dari pergerakan yang kita tempuh, denyut jantung, kalori yang dibakar selama beraktivitas, hingga kualitas tidur, dan masih banyak lagi. Semua informasi ini disajikan dengan praktis tanpa harus meluangkan waktu dan biaya untuk check up kondisi tubuh secara lengkap.
Karena sifatnya yang praktis dan tidak melibatkan pemeriksaan tubuh secara menyeluruh, tidak heran kalau efektivitas alat ini seringkali dipertanyakan. “Apa benar saya sudah berjalan sebanyak 10.000 langkah hari ini? Apa benar saya baru saja membakar 400 kalori setelah berolahraga selama satu jam?”
Cara Kerja Fitness Tracker
Walau memiliki beberapa perbedaan teknologi, pada umumnya cara kerja tracker ini mengandalkan sensor. Sensor dipasang pada alat yang kita pakai. Ada sensor akselerometer untuk mendeteksi gerakan. Ada juga sensor giroskop untuk mengukur orientasi arah dan rotasi. Sensor optik juga dipasang untuk mengukur denyut jantung dengan cahaya yang mendeteksi aktivitas pembuluh darah.
Beberapa tracker bahkan dipasangi sensor bioimpedansi untuk memeriksa kadar lemak. Lalu ada juga yang menyertakan sensor aktigrafi untuk mendeteksi kualitas tidur. Data-data dari berbagai sensor ini yang kemudian akan diolah menjadi informasi yang ditampilkan pada alat tracker.
Akurasi Hasil Penggunaan
Apa fitness tracker benar-benar akurat? Menurut sebagian besar studi setuju kalau teknologi tracker ini cenderung memberikan hasil yang kurang akurat dan tidak konsisten. Dua alat tracker yang dipakai bersamaan bahkan tidak dapat menghasilkan angka yang sama dan konsisten.
Untuk memperkuat pernyataan di atas, salah satu studi yang memeriksa tracker penghitung langkah, menyebutkan bahwa jumlah langkah yang dihitung tracker, tergantung posisi di mana tracker digunakan. Tracker yang dipakai di pergelangan tangan disebutkan melebih-lebihkan hitungan langkah kaki dari jumlah aslinya.
Lalu, studi lainnya yang meneliti perhitungan untuk denyut jantung memeriksa tracker yang menggunakan sensor optik. Studi ini menemukan kalau hasil perkiraan denyut jantung yang ditampilkan alat tracker terbilang cukup akurat.
Disclaimer: studi yang sama juga menegaskan agar pengguna tidak mengandalkan sepenuhnya angka tracker untuk menentukan intensitas olahraga. Ini karena alat tracker masih memiliki kecenderungan salah, ekstrem, dan tidak sesuai dengan keadaan real-time.
Berikutnya soal pengeluaran kalori harian. Sebuah studi menegaskan kalau tidak ada tracker yang akurat dari lima jenis tracker berbeda yang diperiksa. Studi yang sama bahkan menekankan kalau informasi dari tracker tentang penggunaan kalori tidak cukup akurat untuk dipakai sebagai acuan berolahraga apalagi kesehatan. Ini karena semua alat tracker yang diuji memiliki persentase kesalahan (error) lebih dari 10%.
Selain fitness tracker yang berupa gadget, Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) juga sering diandalkan untuk memeriksa persentase lemak tubuh. Cara kerja BIA cukup berbeda dari fitness tracker lainnya. Lemak di tubuh akan diukur dengan cara mengalirkan listrik melalui alat genggam (tangan) dan alat pijak (kaki). Aliran listrik ini nantinya akan mendeteksi komposisi air di dalam tubuh. Komposisi air inilah yang memberikan informasi soal persentase lemak juga otot kita.
Sekalipun cara kerjanya lebih kompleks daripada beberapa alat tracker lainnya, BIA masih dianggap tidak cukup akurat karena pemeriksaannya yang hanya bergantung pada komposisi air di dalam tubuh, terutama dalam penggunaan untuk kepentingan pemeriksaan medis atau gizi. Ini didukung dengan sebuah data riset yang menunjukkan bahwa BIA memiliki persentase kesalahan sekitar 7-10% tergantung jenis alatnya. Bahkan ada tipe alat BIA yang memiliki persentase kesalahan lebih dari 37%.
Tidak hanya itu, informasi BIA juga tidak selalu konsisten. Ini terjadi jika pengukuran dilakukan tepat setelah makan atau setelah olahraga ringan yang menampilkan persentase massa lemak terlalu rendah.
Jadi apa fitness tracker benar benar akurat? Belum tentu. Lalu, bolehkah memakai fitness tracker? Ya, boleh-boleh saja. Tapi ingat, jangan terlalu bergantung pada angka yang sifatnya hanya sebatas perkiraan. Apalagi dalam proses menurunkan berat badan. Daripada bertanya-tanya apa alat tracker benar-benar akurat, kita bisa mengukur sendiri progres berat badan dan lingkar tubuh setiap hari, lalu masukkan datanya ke aplikasi GGL. Ini adalah cara mengukur yang lebih akurat.